Salah satu tujuan utama akuisisi tersebut adalah untuk memperkuat likuiditas berbiaya murah, dalam hal ini tabungan.
Menurut ulasan yang dilakukan Trimegah Securities pada Rabu (28/11), manajemen BTN telah menunjukkan sinyal bahwa rencana untuk mengakuisisi bank syariah tersebut telah mendapatkan feedback positif dari berbagai pihak.
Bahkan, BTN dikabarkan tertarik dengan bank syariah tersebut karena proporsi dana wadiah atau tabungannya mencapai 20 persen dari total dana pihak ketiganya.
Ulasan Trimegah menyebutkan, manajemen BTN telah memberikan beberapa pertanda yang cukup sejalan dengan rumor-rumor yang beredar, bahwa rencana aksi korporasi tersebut akan terjadi pada 2024.
Berdasarkan materi Analyst Meeting BTN per 30 September 2023, bank penyalur KPR terkemuka di Indonesia ini telah membukukan total dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 323,9 triliun, bertumbuh 3,54 persen year-on-year (yoy).
Dari total DPK tersebut, sebanyak 49,5 persen adalah dana murah berupa tabungan dan giro (Current Account Savings Account/CASA), sedangkan sisanya merupakan deposito. Proporsi tersebut meningkat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 45,9 persen.
Pertumbuhan CASA tersebut ditopang oleh semakin banyaknya transaksi melalui aplikasi BTN Mobile, dengan jumlah pengguna mencapai 2,49 juta.
Hingga akhir September 2023, jumlah transaksi BTN Mobile mencapai 284 juta, melompat 117,3 persen yoy dari posisi yang sama tahun lalu. Sedangkan nilai transaksi BTN Mobile mencapai Rp 37 triliun atau bertumbuh 43,04 persen yoy dibandingkan periode yang sama tahun 2022.
Selama kurun waktu sembilan bulan pada tahun 2023, terdapat lebih dari 75 fitur yang telah muncul di BTN Mobile. Bank ini berharap dapat menambah sekitar 15 fitur baru pada kuartal IV-2023.
Beberapa fitur baru di BTN Mobile yang sedang dikembangkan yaitu Lifestyle Home Services, yang menyediakan layanan terkait kebutuhan di rumah; Lifestyle Train Tickets, yang merupakan layanan pembelian tiket kereta; dan BTN Kita, layanan untuk kredit konsumsi (KRING).
Dengan adanya rencana aksi korporasi yang dapat berdampak positif pada pengembangan dana murah BTN, Trimegah Securities dalam ulasannya merekomendasikan BUY untuk saham BTN dengan target price sebesar Rp 1.600 per saham.
Selepas Analyst Meeting BTN yang diadakan pada Senin (27/11) sore, market mengapresiasi rencana aksi korporasi tersebut. Pada pembukaan perdagangan Selasa (28/11), harga saham BTN meningkat ke level Rp 1.290 per saham dari penutupan Jumat pekan lalu (24/11) di Rp 1.260 per saham, dan ditutup positif pada sore hari di angka Rp 1.295 per saham.
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) Nixon L.P. Napitupulu mengatakan unit usaha syariah (UUS) perseroan setelah aksi spin off akan menjadi Bank Umum Syariah (BUS) dengan aset terbesar kedua di Indonesia.
Pihaknya akan mengeluarkan UUS dari induk BTN dan digabungkan dengan bank syariah yang akan diakuisisi, dengan target selesai pada semester II-2024 mendatang.
“UUS harapan kami di semester II tahun depan akan kami keluarkan dari BTN, dan digabungkan ke bank yang telah kami akuisisi. Kita harapkan ini menjadi bank terbesar nomor dua segmen syariah di Indonesia,” ujar Nixon dalam Public Expose Live 2023 di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu.
Nixon menjelaskan, saat ini BTN sedang dalam tahap pengajuan letter of interest (LOI) kepada dua bank syariah di Tanah Air untuk diakuisisi, yang belum bisa disebutkan nama maupun nilai asetnya.
Nantinya, UUS BTN yang sudah ada akan digabungkan dengan bank syariah yang diakuisisi tersebut, dengan ditargetkan proses akan selesai pada April atau Juni 2024.
“Nanti ada dua tahapan. Satu, akuisisi dulu satu cangkang atau satu bank syariah, baik kosongan ataupun mungkin yang sudah ada, nanti tergantung due diligence. Kemudian, setelah itu kita menggabungkan BTN syariah ke bank itu,” ujar Nixon.
Nixon menjelaskan aksi korporasi ini dilandaskan atas Peraturan OJK (POJK) Nomor 10 Tahun 2023 tentang Pemisahan Unit Usaha Syariah Perusahaan Penjaminan, yang mengamanatkan perbankan untuk melakukan spin off selambat- lambatnya dua tahun setelah aset perseroan mencapai senilai Rp50 triliun.
“Dugaan kami akhir bulan ini (aset BTN) Rp50 triliun di Desember (2023), karena saat ini angkanya udah Rp49 triliun. Sehingga, dalam paling lambat dua tahun setelah ini kita harus konkrit memiliki satu bank syariah,” ujar Nixon.
Social Header